Ekologi manusia mencakup pembahasan hubungan antara manusia, biologi, kebudayaan, dan lingkungan fisik tempat kebudayaan tersebut tumbuh. Sebagai organisme hidup manusia senantiasa terlibat di dalam hubungan timbal-balik (metabolistik) dengan alam. Namun, secara sosial-budaya manusia berinteraksi dengan manusia lain di alam fisik. Hubungan manusia dengan lingkungan dan sesama manusia menghasilkan dampak bagi lingkungan. Hal ini karena manusia merupakan bagian yang dinamis dari suatu ekosistem (Odum, 1971).
Pendekatan restorasi ekologi diperkenalkan pada era 1990an dengan titik berat komunitas lingkungan hidup dan acuan cara hidup masyarakat setempat (indigenous people). Taraf kehidupan subsistensi manusia mengharuskan manusia tersebut hidup berdasarkan kapasitas lingkungan di dalam memperbarui diri sehingga masyarakat setempat memiliki perhatian yang besar untuk memulihkan ekologinya. Pendekatan restorasi ekologi memiliki sifat menyeluruh (holistik) dengan titik berat aspek kolaborasi manusia melalui restorasi ekologi berbasis komunitas, restorasi ekonomi, pendidikan lingkungan hidup, praktk ekokultural, politik, pemerintahan, dan perencanaan (Egan et al., 2011).
Referensi:
Abdullah OS. 2017. Ekologi Manusia dan Pembangunan Berkelanjutan. Jakarta, Indonesia: Gramedia. hal.2-5.
Egan D., Kim J., Shaw RJ., Guan KL. 2011. The autophagy initiating kinase ULK1 is regulated via opposing phosphorylation by AMPK and mTOR. Autophagy, 7(6): 643-644.
Odum EP. 1971. Fundamental of Ecology. 3rd edition. Philadelphia, United States: WB Saunders.